Tuesday, February 22, 2011

Menggendong...

Manfaat Menggendong Bayi


Gaya pengasuhan menggendong atau babywearing tercetus dari secarik kain sederhana yang digunakan untuk menggendong bayi. Tak hanya jalinan kelekatan saja yang dihasilkan dari menggendong, namun ada berbagai manfaat yang muncul dari kegiatan menggendong bayi. 

Untuk bayi :

Menenangkan. Anda dan bayi bergerak dan beraktivitas bersama. Buah hati Anda akan mendengar suara Anda ketika Anda berbicara dengan orang lain. Ia ikut merasakan emosi Anda, dan yakin Anda memberinya rasa aman serta nyaman. Keadaan ini membuat ia tak punya alasan untuk rewel karena ia masih menempel pada ibunya. 

Mengajarkan bayi bergembira. Umumnya bayi tidak ingin sendirian saat terjaga. Ia butuh seseorang berada di dekatnya. Ketika dalam kandungan, bayi setiap saat mendengar suara Anda dan belaian tangan Anda. Ketika menggendong, Anda menciptakan langkah-langkah berirama, mengajaknya tersenyum, mengajaknya ngobrol. Itu semua merupakan cara mengajarkan bayi bergembira.

Menstimulasi sistem keseimbangan. Sistem keseimbangan terletak di bagian dalam telinga, yang bekerja sebagai sensor keseimbangan tubuh. Stimulasi saat Anda melakukan gerakan lembut pada saat menggendong seperti mengusap atau membelai bayi, membantu bayi untuk bernapas sehingga sistem keseimbangan tumbuh dengan lebih baik. Sistem keseimbangan yang baik dapat meningkatkan kemampuan motorik.

Mengajarkan tentang dunia. Bayi ikut melihat apa yang Anda lihat saat ia dalam gendongan. Ia diajak untuk siap berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam dekapan Anda, bayi dapat melihat dan mengamati kejadian di sekitarnya dengan perasaan aman. Ketika ia melihat ekspresi Anda, ia juga belajar tentang emosi.
Belajar bicara. Bayi yang sering digendong punya keterampilan bicara lebih baik. Sebab bayi sudah memerhatikan dan menyimak percakapan Anda. Bahkan bayi bisa merasa ikut diajak bicara, karena posisi bayi berada dalam level mata dan suara yang jaraknya cukup dekat dengan Anda.

Untuk Anda:

Mudah disusui. Perangkat “Baby B” Babywearing dan Breastfeeding saling mendukung dalam manfaat yang satu ini. Saat menggendong, memudahkan Anda untuk menyusui bayi. Anda juga dapat memberikan posisi nyaman untuk bayi menyusu, dibandingkan bila ia hanya tidur di atas tempat tidur.

Sambil bekerja. Menggendong bayi dapat membuat kehidupan Anda menjadi lebih mudah. Anda tak harus menunggui bayi di kamar sepanjang hari. Menggendong bayi dapat membebaskan Anda untuk tetap beraktivitas. Saat ia terjaga dari tidurnya, Anda bisa segera mengajaknya ngobrol.

Anda lebih perhatian. Posisi bayi di pelukan Anda yang dekat dengan pandangan Anda menjadikan Anda menjadi lebih memerhatikan gerak-gerik bayi. Keamanan dan kenyamanan bayi lebih mudah Anda rasakan. Anda pun jadi lebih mengenal kebiasan buah hati Anda. Anda belajar untuk peka dan merespon bayi dengan tepat.

Mudah ditidurkan. Bila bayi sulit tidur, menggendong bisa jadi langkah selanjutnya setelah Anda yakin popoknya kering dan perutnya kenyang. Menggendong bisa jadi cara untuk menidurkan bayi dengan lebih mudah, diiringi nursery rhymes. Alunan musik, suara merdu Anda ditambah ayunan lembut adalah ramuan ampuh untuk menidurkan bayi. Bayi pun tidur lebih nyaman dan lama.

Praktis bepergian. Sebentar atau lama tak jadi soal, sebab Anda tinggal ambil gendongan dan si kecil pun nyaman keluar rumah bersama Anda.


Manfaat Menggendong Bayi (sumber : ayahbunda.co.id)


Menggendong, Bagian penting dalam pengasuhan bayi.

Percaya atau tidak, menggendong adalah bentuk dukungan untuk si buah hati.

Menggendong merupakan salah satu bagian penting dalam pengasuhan anak. Menurut dr. William Sears, dokter anak yang sangat berpengalaman soal pengasuhan anak, menggendong adalah salah satu perangkat dari Attachment Parenting, yaitu gaya pengasuhan anak yang lebih dari sekadar menerapkan aturan-aturan yang super ketat. Metode pengasuhan Attachment Parenting terkenal dengan penggunaan tujuh perangkat “Baby B”, yaitu: 

Birthbonding (ikatan lahir/keterikatan).
Breastfeeding (menyusui).
Babywearing (menggendong bayi).
Balance (keseimbangan).
Bedding close to baby (tidur berdekatan dengan bayi).
Belief in the signal value of baby’s cry (percaya pada nilai sinyal tangisan bayi).
Beware of the baby trainers (waspada terhadap para pelatih bayi).
Dengan tujuh “Baby B”, Anda dapat belajar membaca tanda-tanda dari bayi dan bagaimana meresponnya dengan tepat.
Gaya pengasuhan ini sebenarnya bukan hal baru. Dalam hal menggendong bayi, setiap suku punya alat menggendong yang khas, yang memungkinkan bayi diajak beraktivitas sesuai kebutuhan hidup budaya setempat. Jadi bisa dikatakan setiap ibu baru punya insting untuk menggendong bayi, karenanya belajar menggendong bayi tak butuh waktu lama. Sayangnya budaya menggendong bayi cenderung ditinggalkan dengan berbagai alasan, yang kadang tidak masuk akal. Seperti bayi menjadi “bau tangan” atau bayi jadi senang digendong, sehingga tidak mau ditaruh. Pendapat lain yang ekstrem, bahwa bayi yang selalu digendong atau didekap akan tumbuh menjadi bayi yang rewel, cengeng, selalu mencari perhatian, tidak mandiri dan manja. 

Itu semua Tidak Benar! Karena menggendong merupakan bagian dari “handling the baby with love”. Tak ada istilah “bau tangan” atau bayi jadi rewel, yang terjadi malah sebaliknya. Bayi yang sering digendong menjadi lebih bahagia karena ada jalinan kelekatan dengan ibunya.

sumber : ayahbunda.co.id




Mengapa Menggendong itu Mampu Mencerdaskan Anak?

Ketika Mbah Surip mengatakan, bahwa lagu hitsnya “Tak Gendong” itu mengandung pesan filosofis tentang prinsip kegotongroyongan dan tolong-menolong, sesungguhnya Mbah Surip patut diacungi dua jempol atas pemikirannya yang fundamental dan sosialistis itu. 

Dan tepat pula ketika di dalam lagu tersebut, kakek berambut gimbal itu menyinggung soal sebuah sensasi rasa ketika seseorang sedang digendong: enak dong! mantap toh! Begitu kata Mbah Surip. Nah, artikel pendek ini pun mencoba mengurai sedikit tentang arti penting perkara “gendong-menggendong” itu, terutama dikaitkan aktifitas menggendong anak, baik bayi maupun balita. 

Ketika aktifitas menggendong kita terapkan pada bayi dan balita kita, maka sesungguhnya aktifitas itu tak sekedar menciptakan sensasi rasa pada anak yang digendong seperti disebutkan Mbah Surip dalam lagunya itu. Namun lebih jauh dari itu. 

Sejauh ini, aktifitas menggendong bayi merupakan salah satu seni merawat anak yang boleh jadi keberadaannya setua peradaban manusia. Meskipun belum ada studi yang khusus mengupas tentang sejarah menggendong anak dari masa ke masa, namun sepertinya manusia-manusia penghuni pertama jagad ini telah menggendong keturunanan mereka dalam proses perawatan dan pengasuhannya sehari-hari. Dan tampaknya, menggendong anak memang sejenis insting paling purba dari orang tua dalam konteks pengasuhan terhadap anaknya. 

Hasrat orang tua untuk menggendong anaknya, sepertinya merupakan sebuah “desain” khusus dari Tuhan. Artinya, ia sebentuk naluri alamiah pemberian Tuhan yang melekat, yang akan dijadikan sebagai salah satu modal dasar bagi manusia untuk mengaktualisasikan perasaan kasih sayang kepada sang buah hatinya. Jika toh memang demikian, menjadi sangat sulit dipahami jika ternyata ada orang tua mengaku sayang pada anaknya, namun jarang, atau malah tak pernah sekalipun menggendongnya. 

Sejalan dengan pemikiran Mbah Surip, sebenarnya setiap anak sangat menikmati saat-saaat digendong. Mendapati diri saat digendong itu laksana duduk di atas awan. Mungkin bagi bayi dan balita, sensasi digendong itu mengingatkannya pada kondisi “tanpa gravitasi”—mengambang sempurna dalam “lautan” air ketuban—ketika dirinya masih berupa janin di dalam rahim sang ibu,. 

Bukan hanya bayi saja, anak yang agak lebih besar seringkali pula minta digendong. Dalam intensitas permintaan yang jauh lebih rendah, adakalanya salah satu pihak dari pasangan dewasa juga minta digendong. Sehingga jangan lantas para suami merasa aneh atau riskan, jika tiba-tiba istrinya dengan manja meminta untuk digendong.

Bagi anak-anak yang agak sedikit sudah dewasa, biasanya mereka menyukai digendong di pundak (gendong belakang). Namun seiring bertambahnya usia anak, dan seiring makin banyak aktivitas yang mampu dilakukannya secara mandiri, biasanya seorang anak merasa malu jika digendong. 

Menggendong anak bisa dilakukan dengan beragam cara atau gaya. Namun semua cara itu mengarah pada satu tujuan: melekatkan bayi atau balita ke dalam buaian orang tua maupun para pengasuhnya yang lain. 

Cara menggendong paling otentik adalah dengan "tangan kosong". Menggendong dengan alat bantu, semisal kain, muncul belakangan. Seiring perkembangan modern, insting orang tua untuk menggendong bayinya pun akhirnya "dilirik" secara cerdik oleh pihak industri garmen dan mode. Mereka kini menyediakan beragam jenis alat gendongan, dengan beragam variasi, gaya bahkan fungsi khususnya. 

Lantas, apa kaitan antara digendong dengan kecerdasan anak? Atau dengan kata lain, bagaimana penjelasannya, bahwa menggendong anak itu menjadi salah satu bagian dari upaya melejitkan potensi kecerdasan anak? Berikut ini setidaknya beberapa penjelasan untuk hal itu:

Dengan digendong, akan membuat bayi semakin jarang menangis. Dengan begitu, akan semakin banyak waktu dan tenaga digunakan oleh dirinya untuk proses tumbuh-kembangnya lebih lanjut. Sehingga proses pembelajaran terhadap diirinya pun akan jauh semakin optimal.

Dengan digendong, secara neurologis membuat bayi berada pada posisi yang memungkinkannya bergerak, dan merespon dekapan yang diterimanya. Misalnya dengan memegang tangan atau pundak penggendongnya. 

Jika respon-respon itu terakumulasi, akan menjadi bekal bagi perkembangan kecerdasan kinestetiknya lebih lanjut. (Tentang soal terkait aktifitas gerak (kinestetik) pada anak, lihat artikel yang saya publish sebelumnya berjudul “Mengapa Bergerak itu Mencerdaskan Bagi Bayi dan Balita?)

Dengan digendong, membuat bayi semakin banyak berinteraksi dengan lingkungannya. Ini berarti pula akan semakin kaya rangsangan yang "tertangkap" oleh sistem inderanya. Sehingga koneksi-koneksi baru dalam jaringan neuronnya pun lebih cepat terbentuk, ketimbang bayi yang lebih banyak digeletakkan di tempat tidur oleh orang tuanya, yang membuat sang bayi lebih banyak melotot hampa ke arah atap. 

Dan bayi yang digendong, akan jauh lebih memiliki kepekaan penglihatan (visual), selain kepekaan sistem pendengarannya (auditif) akan lebih baik pula ketimbang si “anak kasur”.

Dengan digendong, bayi akan belajar terlibat pada aktifitas yang dilakukan pengasuhnya. Bayi pun akan peka pada apa yang dikatakan pengasuhnya saat mengendongnya. Semua pengalaman itu laksana himpunan cuplikan film-film pendek yang turut dibintanginya. "Film-film" itu disimpan di dalam memori otaknya.
Pada kesempatan lain ia akan mencoba "menyetel" ulang film-film itu, lagi dan lagi. Hingga akhirnya pemahamannya menjadi lebih baik tentang segala hal yang telah disimpan di dalam otaknya.

Dengan digendong, bayi punya kebebasan memilih tentang apa yang ingin maupun tak ingin dilihatnya. Bila ada yang ingin dilihatnya, perhatiannya pun akan terfokus ke sana. Dan bila ia tak ingin melihat, dengan mudah ia pun memalingkan pandangannya. Kemampuannya memilih fokus perhatian, merupakan salah satu landasan bagi proses belajarnya yang efektif. Dan secara tak langsung, bisa jadi hal ini adalah sebentuk upaya penanaman “pelajaran demokrasi” sedini mungkin bagi sang buah hati.

Jadi ilmu menggendong merupakan sejenis “intuitive parenting” yang sesuai (compatible) dengan kebutuhan keluarga modern untuk menciptakan generasi baru yang cerdas di kemudian hari. Ia merupakan warisan masa lalu yang takkan pernah lekang oleh jaman. Bahkan sesungguhnya dalam aktifitas menggendong anak, terkandung sebuah visi keluarga yang jauh ke depan. 

Nah, mengingat besarnya manfaat menggendong anak, maka janganlah orang tua ragu untuk melakukannya. Gendonglah anak anda setiap ada kesempatan, dengan segenap curahan cinta dan kasih sayang Anda terhadapnya. Namun untuk bagi bayi baru, Anda tetap harus hati-hati melakukannya. Dan selamat mengendong-ria para pasangan muda sahabat Komunitas Bintang Kecil.

Sumber : nanang djamaludin, Komunitas Bintang Kecil



Dari Artikel di atas, kita mendapat informasi bahwa menggendong bayi amatlah penting, dan semua bayi wajib mendapatkan fasilitas universitas pangkuan (di pangku dan di gendong ibu), namun kadar menggendong pun harus kita pahami dan cermati, tidak harus sesering mungkin, efek bayi yang terus menerus di gendong akan menyebabkan bayi tidak dapat bergerak bebas, akan lebih manja, tidak mandiri, terlebih bayi tdk mau tidur di tempat tidurnya, karna terbiasa di gendong. maka sebagai orang tua kita wajib memahami berapa lama kadar waktunya untuk menggendong anak. dan sebaiknya yang menggendong anak adalah orang tua (klrg) bukan baby sitter, karena hubungan emosional dan kasih sayang dapat terbentuk mulai dari menggendong.

2 comments:

KBK said...

terimakasih telah mempublikasikan tulisan saya.(nanang djamaludin, penulis dan konsultan parenting)

KBK said...
This comment has been removed by the author.